
“Konten musiknya ‘Brit Pop’, namun ada sedikit karakter vokal, notasi, sound guitar yang Melayu. Hanya saja, benang merahnya tetap ‘Brit Pop’. Jadi, masih tetap berbeda dengan band-band yang mengusung irama Melayu saat ini,” ujar Ipay yang juga motor penggerak band itu.
Meski terhitung anak baru di NAGASWARA, PESTA memiliki cerita panjang soal pengembaraan mereka di industri musik Tanah Air. Secara resmi, Ipay membentuk PESTA di Manado, Sulawesi Utara pada tahun 2007. Saat itu, Ipay memang bekerja di sebuah stasiun televisi di Manado usai menamatkan kuliahnya di Jakarta. Sempat menelurkan sebuah album dengan hits single “Cinta Mati”, nama PESTA berkibar di wilayah Sulawesi dan Indonesia Timur. Sayang, para personil band ini harus tercerai berai ketika Ipay memutuskan hijrah ke Ibukota.
“Itu terjadi tahun 2008. Saya kembali bertemu dengan teman-teman ngeband jaman kuliah dulu. Bisa dibilang, ini PESTA jilid dua karena hanya saya yang personil lama,” ungkap Ipay.
Mereka kemudian merilis sebuah album berjudul “Pestaphoria” (judulnya ini kemudian dipakai untuk menyebut nama fans setia PESTA), dan bergabung dengan IC Musickindo, label milik Ian dan Moldy “RADJA”. Para personil band ini kemudian bergerilya, menyebar lagu-lagu mereka ke berbagai radio di seluruh Indonesia. Beruntung, sambutan dan dukungan dari radio-radio tersebut terhitung luar biasa. Selain itu, Ipay dan rekan-rekannya juga menggunakan media internet sebagai sarana promosi lagu-lagu mereka. Melalui ISS atau Indonesia Streaming Server, lagu-lagu PESTA berhasil menyebar dan diputar oleh sekitar 300 radio di Tanah Air.
“Harus kita akui, dukungan radio bagi PESTA begitu luar biasa. Saking luar biasanya, saya dan rekan-rekan di PESTA sering menyebut radio dan Pestaphoria dengan sebutan ‘ruang angkasa’,” terang Ipay.
Menggandeng sebuah label besar, PESTA berharap dapat melakukan lompatan besar dalam perjalanan karier musik mereka. Jika sebelumnya lagu-lagu mereka hanya dikenal di beberapa wilayah tertentu dan radio-radio, PESTA memastikan untuk segera meramaikan dunia broadcast Indonesia. Sukses bagi mereka sudah menjadi harga mati. Apalagi, secara khusus single ini diperuntukkan bagi mendiang Tovic, keyboardist mereka yang meninggal dalam kecelakaan lalulintas bulan Desember 2010 yang lalu.
“Perjalanan PESTA untuk meraih semua impian, kita persembahkan bagi sahabat kita Almarhum Tovic Amrullah. Kita juga berterimakasih kepada NAGASWARA dan semua pihak yang telah menjadi bagian dari denyut band ini,” kata Ipay serius. Nagaswara Press
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih telah memberi komentar.