Flash News
Mail Instagram Pinterest RSS
MENU UTAMA

Terhina, FIFA Kecam Kongres PSSI Tak Tahu Sopan Santun

AP Photo/Keystone, Steffen Schmidt (tempointeraktif.com)

Jakarta - Badan sepak bola dunia, FIFA, mengecam tindakan peserta Kongres Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia karena dianggap tidak tahu sopan santun. Hal itu diungkapkan anggota Komite Etik FIFA dari Indonesia, Dali Tahir, mengutip


utusan FIFA, Thierry Regenass, yang hadir dalam kongres. "Saya kecewa dengan pelaksanaan kongres. Mereka menghina Komite Normalisasi, menghina saya, dan menghina FIFA. Tidak ada sopan santun," kata Dali Tahir, mengutip ucapan Regenass, kepada Tempo kemarin. Regenass dan Frank van Hattum akhirnya harus pulang pada Sabtu malam lalu dengan perasaan kecewa.

Saat kongres di Golden Ballroom Hotel Sultan pada Jumat lalu, Regenass mencoba menjelaskan kepada peserta tentang alasan FIFA melarang Jenderal George Toisutta dan Arifin Panigoro maju sebagai calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum PSSI periode 2011-2015. Penjelasan diberikan karena sebagian peserta kongres menghendaki Regenass bicara.

Kongres akhirnya ditutup oleh Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar karena dianggap sudah tidak kondusif. "Mereka telah mencatat semua kejadian kongres dan akan melaporkannya pada sidang Komite Eksekutif FIFA 30 Mei," ujar Dali. Hasil keputusan komite tersebut akan dibawa ke Kongres FIFA pada 1 Juni. "Biasanya apa yang disetujui Komite Eksekutif FIFA akan disetujui pula oleh kongres."

Agum Gumelar mengatakan Indonesia sulit menghindar dari sanksi FIFA. Kegagalan kongres membuat citra Indonesia semakin buruk di mata FIFA. "Saya mencoba menjelaskan pada wakil FIFA dan AFC bahwa Komite Normalisasi sudah bekerja keras," kata Agum. "Saya mohon jangan sampai kena sanksi, tapi tidak ada jawaban. Reaksi mereka diam, senyumnya tidak enak dan agak geleng-geleng."

Menurut Agum, Regenass kecewa dan merasa dipermalukan. "Mereka tahu kongres itu disiarkan langsung oleh televisi dan ditonton berjuta masyarakat," katanya. Agum menyatakan terpaksa menutup kongres setelah mendengar masukan dari Regenass dan anggota Komite Normalisasi yang lain. "Saat itu wakil FIFA sudah mau keluar, tapi saya tahan. Tapi, saat situasi tidak kondusif lagi, saya memutuskan menutup."

Anggota Kelompok 78, Umuh Muhtar, membantah tudingan bahwa kubunya telah menghina FIFA. "Menghina apa? Bagaimana? Kami tidak menghina FIFA," ujar dia. Kubu 78, kata Umuh, hanya meminta waktu sebentar untuk membacakan temuan soal fakta dalam surat menyurat PSSI dengan FIFA pada 28 Februari lalu terkait dengan pelarangan Nurdin Halid, Nirwan D. Bakrie, George Toisutta, dan Arifin Panigoro. "Ada kekeliruan soal surat itu. Tapi Agum sebagai pimpinan kongres tetap tidak mau memberikan waktu kepada kami," kata Umuh, yang juga anggota Komite Banding PSSI.

Anggota Komite Normalisasi, Hadi Rudyatmo, menilai tindakan Kelompok 78 jauh lebih memalukan dibanding gerakan pendukung Nurdin Halid tempo hari. "Komite Normalisasi tidak sanggup menormalkan mereka," kata Hadi.

Kecaman juga terlontar dari masyarakat. Masyarakat Pemerhati Sepakbola (MPS) Kalimantan Timur menyatakan akan menggugat Kelompok 78 jika Indonesia terkena sanksi FIFA. "Karena mereka sudah menghalangi-halangi revolusi sistem sepak bola nasional," kata Wakil Ketua MPS Muchlis kemarin.

Ketua Umum Persipura Jayapura Manase Robert Kambu menilai keputusan Agum menghentikan kongres sudah tepat. "Kongres memang sudah tidak bisa didamaikan lagi," kata dia.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah memberi komentar.