Flash News
Mail Instagram Pinterest RSS
MENU UTAMA

Ancam Negara, Pemerintah Rancang Sistem Pertahanan Dunia Maya

Tifatul Sembiring.

Pemerintah tengah menyiapkan rancangan sistem pertahanan untuk menghadang peretas di dunia maya. ”Wujudnya itu akan kita rumuskan, ini masih dalam pembicaraan,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring di sela seminar nasional soal keamanan informasi di Bandung, Selasa, 19 Juli 2011.


Menurut Tifatul, rumusan mengenai sistem ini tengah dibahas kementeriannya bersama sejumlah lembaga negara lainnya yakni Kementerian Pertahanan, BIN, BAIS, Kepolisian Republik Indonesia, serta BNN. Bayangannya, kata dia, menjadi sistem pertahanan yang sistemik.



Tifatul menuturkan, rencana menyusun sistem pertahanan ini menyikapi banyaknya serangan peretas di dunia maya yang dihadapi sejumlah negara. ”Presiden juga sampai berpidato tentang SMS dan BBM, artinya ini patut menjadi perhatian, secara internasional juga sudah menimbulkan gejolak politik,” kata Tifatul.



Bayangannya, katanya, sistem pertahanan itu juga bisa difungsikan menjadi sarana early warning system bersama, hingga saling tukar menukar informasi. ”Tentu (sistem) ini harus kuat dulu,” katanya.



Tifatul mengatakan, wujud sistem pertahanan itu bergantung dari kesepakatan lembaga-lembaga itu. ”Kalau biaya untuk melakukan itu, misalnya sangat layak, maka kita akan bangun seperti itu, dengan kesepakatan itu tadi,” katanya.



Dia mencontohkan, serangan peretas yang ditujukan pada Estonia pada 2006 lalu, melumpuhkan sistem pengendali listrik selama 3 pekan yang melumpuhkan aktivitas warganya, Iran mengalami serangan peretas pada kontrol reaktor nuklirnya, kasus bobolnya data elekronik Kedutaan Besar Amerika oleh Wikileaks, serangan terhadap situs pemerintah Malaysia berakhiran .my yang melumpuhkannya berpekan-pekan, hingga kasus peretasan surat elektronik yang ditudingkan pada raja media Rupert Murdoch.



Tifatul mengatakan, situs pemerintah Indonesia yang berakhiran go.id juga pernah menjadi sasaran peretas. Catatan kementeriannya, dalam 3 tahun ini terhitung lebih dari 3 juta kali situs pemerintah diserang peretas. Dia mencontohkan, situs lembaga di antaranya milik Polri, TNI, Pertamina, serta Lemhanas. Situs milik Kementerain Kominfo sendiri belum lama diserang peretas hingga lumpuh dan butuh waktu 3 pekan untuk perbaikannya.





Menurutnya, untungnya situs pemerintah belum tergabung jadi satu sistem, masih teserak. Sehingga, katanya, tidak terlihat saat diserang bak satu lembaga negara yang runtuh. ”Tapi kalau dikumpulkan, banyak juga (jumlahnya), ini maksud saya, bagaimana ini menjadi satu sistem (pertahanan),” kata Tifatul.





Serangan peretas, paparnya, tidak hanya ditujukan untuk merusak. Ada tipe serangan yang dilakukan hanya untuk menyalin data dan informasi. Data itu yang jika digunakan oleh orang yang tidak berhak bisa membahayakan keamanan. ”Motivasinya macam-macam,” kata Tifatul.



Kendati bentuk serangan peretas bermacam, kerugian yang ditimbulkan kadang tidak bisa dihitung dengan uang. Dia mencontohkan, ekses yang ditimbukan dari dibocorkannya komuniasi internal di Kedutaan Besar Amerika di seluruh dunia oleh Wikilieaks. ”Itu informasi yang kerugiannya gak bisa ditakar dengan uang saja, kata Tifatul.



Menyikapi pentingnya pengamanan informasi itu, belum lama dia menerbitkan surat edaran yang ditujukan pada seluruh penyelenggara negara yang menjalankan sistem elektronik untuk pelayanan publik. Dalam edaran itu, disebutkan soal standar minimum sistem elektronik untu layanan publik, pengelolaannya, hingga, pengamanannya.



Dalam seminar nasional itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika mengumpulkan seluruh pengelola pusat data dari seluruh pemerintah daerah. Tifatul meminta agar, pengelola layanan itu mulai memperhatikan soal pengamanan sistem dan informasi di dalamnya. ”Kita sangat prihatin apa yang terjadi di dunia cyber kali ini, di mana hampir seluruh dunia, negara-negara diserang oleh para hackers, artinya di sini menyadarkan security itu penting, termasuk juga di dalam negeri,” katanya.



Dalam pembukaan seminar itu, sempat di tunjukkan bagaimana mudahnya akun twitter dadakan yang dibuat oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Lex Laksamana dibobol oleh Tifatul, yang baru saja diajarkan cara memakai piranti lunak tertentu yang gampang diperoleh di internet. Tifatul diajari cara membobol login akun itu oleh seorang peretas yang masih bersekolah di SMA.



Tifatul mengatakan, saat ini pengguna internet di dunia sudah menembus 2 miliar pengguna. Sementara jumlah pemakainya di Indonesia sudah menembus lebih dari 45 juta orang, padahal 2 tahun lalu jumlah pemakainya baru 2 juta orang. ”Perkembangannya sangat eksponensial,” katanya.

Sumber: www.musikji.net tempointeraktif

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah memberi komentar.