"Dalam sepuluh hari pertama, penyesuaian itu terasa sulit," kata Taufiq kepada Tempo.Tapi setelah itu menjadi biasa. Karena itu, dia menyarankan agar setiap orang yang berpuasa memahami bioritme tubuhnya sendiri dan mengatur waktu tidur yang tepat.
Ada dua fungsi utama tidur. Pertama, membuat tubuh menjadi rileks, dan kedua, memberi kesempatan pada otak untuk melakukan konsolidasi dalam pembentukan memori. Mengutip buku Brain Management for Self Improvement, mengantuk dan tidur berkaitan dengan jam biologis tubuh yang disebut irama sirkadian dan melibatkan zat otak bernama melatonin, yang meningkat produksinya pada saat gelap.
Tidur yang benar adalah tidur dalam waktu cukup, pulas, merasa rileks, dan segar ketika bangun. Intinya bukan perkara durasi, melainkan berkaitan dengan kualitas tidur. Mengendalikan tidur sama dengan menguasai diri.
Daripada otak diajak "tidur", ada baiknya mencoba beberapa neurobics atau latihan otak supaya sel-sel saraf menjadi lebih peka. Ada tiga prinsip untuk melakukan neurobics. Pertama, gunakan semua indra dalam mengenal sesuatu. Jangan hanya mengandalkan mata atau telinga.
Kedua, melepas rutinitas. Gantilah cara Anda dalam melakukan sesuatu dan mencoba teknik-teknik baru. Ketiga, lepaskan diri dari keterikatan pada memori-memori yang sudah lazim. Pertajam otak dengan informasi-informasi yang baru, aneh, dan unik.
Tips Agar Tidak Ngantuk Saat Puasa
Orang yang belum terbiasa puasa umumnya mudah lesu dan mengantuk. Mereka kemudian melampiaskan rasa lemas itu dengan tidur. Ketua Centre for Neuroscience Health and Spirituality (C-NET) Doktor Taufiq Pasiak mengatakan bahwa ngantuknya orang yang berpuasa bervariasi, tergantung pada kemampuan beradaptasi dengan perubahan bioritme.
RINI K - TEMPOINTERAKTIF.com
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih telah memberi komentar.