
Hanya dalam hitungan hari lagi Konser 25 Tahun Cerita Cinta KAHITNA siap digelar. Itu pun berarti kurang dari sepekan lagi KAHITNA bakal menandai babak baru dalam perjalanan musik cintanya yang mengagumkan. Dan ribuan pasang mata bakal menjadi saksi untuk sebuah hari di mana cinta kembali akan dituturkan secara istimewa oleh KAHITNA.
25 tahun bukanlah waktu yang singkat. Bukan pula pencapaian yang remeh untuk sebuah grup musik. Dibutuhkan banyak pengorbanan, energi, komitmen dan kerja keras untuk mencapainya. Dan meski sulit, KAHITNA akhirnya berhasil 25 tahunnya dengan baik. Mereka melakukannya dengan menghadirkan banyak karya, juga cerita. Cerita tentang sekumpulan pemuda biasa yang memulai jalannya dari panggung festival, perlahan mencuri perhatian, lalu menjadi band besar kesayangan masyarakat Indonesia.
Meski telah bersama sejak tahun 1985, KAHITNA menjadikan 24 Juni 1986 sebagai hari lahirnya. Pemilihan tanggal tersebut untuk mengingat hari di mana mereka pertama kali menjuarai panggung festival musik.
Dan setelah menjuarai berbagai festival, KAHITNA pun memenangi ajang Light Music Contest/LMC (kemudian berubah nama menjadi Yamaha Band Explosion, lalu Asian Beat). Menjuarai LMC tingkat nasional mengantarkan KAHITNA menjadi wakil Indonesia di Grand Final Yamaha Band Explosion di Budokan Hall, Tokyo, Jepang pada tahun 1991. Di ajang ini KAHITNA mengukir prestasi manis dengan menyabet predikat juara 2 dunia lewat tembang Lajeungan. Saat itu KAHITNA didampingi maestro musik Indonesia Elfa Secioria.
Gelar juara dunia tak membuat nama KAHITNA dilirik label rekaman. Meski sempat unjuk gigi di album 10 Bintang Nusantara, saat itu hampir semua label rekaman besar ternyata menutup pintu untuk KAHITNA. Musik KAHITNA dianggap tak lagi menjual di zaman itu. Cap sebagai band spesialis festival membuat mereka dipandang sebelah mata dan diragukan akan sukses sebagai band rekaman.
Namun perlahan mereka berkompromi. Pertemuan dengan Bens Leo di awal 1990-an menjadi pintu gerbang KAHITNA menjalani babak barunya di blantika musik Indonesia.
25 TAHUN KAHITNA
25 tahun telah menjadi masa yang manis bagi KAHITNA. Sepanjang itu pula mereka sukses menancapkan nama sebagai salah satu grup band terbesar di tanah air berkat eksistensi, konsistensi dan prestasinya yang begitu panjang dan mampu menginspirasi banyak orang.
Tak sekedar grup musik pembawa lagu-lagu cinta terbaik di Indonesia, KAHITNA pun layak disebut sebagai "juragan lagu cinta" mengingat karya-karya mereka yang selalu bertutur tentang cinta. Tak sekedar cinta biasa. Di tangan KAHITNA cinta dihadirkan sebagai sesuatu yang sangat istimewa seperti makna cinta itu sendiri. Dengan filosofi kejujuran, mereka menuturkan cinta apa adanya. Inilah yang membuat banyak orang selalu mengamini kebenaran kisah cinta yang dibawakan KAHITNA.
Di tahun ke-25 nya kualitas dan kematangan KAHITNA memang tak perlu lagi dipertanyakan. Di jalur pop romantis, nama KAHITNA selalu berada di garda terdepan. Meski waktu terus berjalan dan zaman senantiasa berganti, KAHITNA tetap hadir dengan karya-karya terbaiknya. Nama mereka tak pernah menghilang bahkan di saat sedang tak memiliki album baru sekalipun. KAHITNA tak pernah absen menyumbangkan karya-karya berkualitas nomor satu. KAHITNA membuat musik Indonesia tetap berwarna di tengah keseragaman genre yang diumbar oleh banyak band – band baru saat ini. Selama 25 Tahun KAHITNA tak pernah kehilangan panggungnya.
Lalu bagaimana sesungguhnya perjalanan mereka di blantika musik Indonesia ?. Seperti apa pula perubahan yang terjadi pada KAHITNA selama perjalanan karir mereka ?.
LAHIRNYA KAHITNA
Coops Rythem Section (CRS), inilah grup yang merupakan embrio KAHITNA. Dibentuk oleh Yovie Widianto pada tahun 1983, CRS memasang Ruth Sahanaya sebagai vokalis. CRS tak berumur panjang. Begitu CRS bubar, Ruth Sahanaya memilih bersolo karir dan Yovie muda melanjutkan kiprahnya bersama Indonesia 6, band beraliran latin jazz. Di tengah perjalanan karirnya bersama Indonesia 6, Yovie membentuk KAHITNA di Bandung dengan menggandeng Trie Utami sebagai vokalis. Yovie juga mengajak serta beberapa rekannya seperti Budiana Nugraha dan Bambang Purwono. Pada tahun 1987 Yovie juga menarik Hedi Yunus untuk bergabung.bersama KAHITNA. Pelan tapi pasti, mereka pun mulai menjelajahi panggung festival tanah air.
EVOLUSI MUSIK KAHITNA
Sejak lama KAHITNA dikenal sebagai band pop. Namun dalam beberapa karyanya mereka sering berkreasi dengan memasukkan warna jazz, fusion hingga etnik. Warna – warna musik demikian masih mudah didengar jika kita membuka file-file lama KAHITNA dalam album-album terdahulunya dari tahun 1994-2000. Lalu seperti apa sebenarnya akar musik KAHITNA ?. KAHITNA jujur tak mengingkari bahwa musik yang mereka mainkan saat ini lahir dari sebuah proses yang dinamakan idealisme kompromistis
Pada awal berdirinya KAHITNA adalah sebuah band fusion jazz dengan sedikit sentuhan rock dan kental dengan pengaruh musik David Foster dan Chick Corea. Warna musik inilah yang sering mereka bawakan di panggung festival tempo dulu. Bahkan ketika terpilih masuk dalam 10 Bintang Nusantara II, KAHITNA juga menampilkan nomor Adakah Dia yang sangat kental dengan warna fusion. Lebih nyata lagi KAHITNA juga memanggungkan nomor etnik fusion berjudul Lajeungan saat tampil dalam grand final Yamaha Band Explosion di Tokyo, Jepang.
Seiring perjalanan waktu, KAHITNA semakin matang sebagai sebuah band. Ciri khas musik mereka pun semakin mantap. Namun perlahan terjadi pergeseran pada warna musik KAHITNA meski mereka tak meninggalkan ciri dan jati diri. Beberapa hal menjadi alasan yang mendorong musik KAHITNA akhirnya berevolusi. Pertama adalah pemikiran KAHITNA yang ingin membangun identitas sebagai band yang tak diidentikkan dengan Indonesia 6 ataupun Elfa Secioria. Maklum saja karena Indonesia 6 dan KAHITNA sempat berada di bawah satu mentor yang sama yakni Elfa Secioria. KAHITNA memang tak ingin meninggalkan akar musiknya, namun evolusi musik KAHITNA menjadi cara mereka membentuk jati dirinya sendiri. Kedua, pergeseran warna musik KAHITNA merupakan wujud kompromi mereka terhadap industri musik tanah air yang sukar memberi tempat pada musik jazz fusion. KAHITNA pun mengambil jalan kompromi sebagai band pop. Evolusi tersebut memang diperlukan untuk menyesuaikan perkembangan dunia musik. Dan KAHITNA melakukannya dengan cara mereka sendiri. Dengan tak meninggalkan ciri khasnya. Itulah idealisme kompromistis KAHITNA. Album perdana mereka Cerita Cinta menjadi album "perkenalan" KAHITNA sebagai band pop yang dilahirkan dari rahim musik jazz. Mulai saat itu pula KAHITNA seperti menciptakan genre musiknya sendiri. Genre yang kemudian sering orang sebuat dengan "pop KAHITNA".
Teguh dan mantap dengan jati dirinya sebagai band pop pengusung lagu-lagu romantis membuat KAHITNA selalu dikenal di tiap zaman. KAHITNA pun membuktikan diri sebagai band yang sanggup konsisten menampilkan aransemen musik pop yang cantik dengan memadukan unsur jazz, fusion dan etnik dalam kadar yang berbeda.
Meski dalam tiga album terakhirnya warna etnik dan fusion semakin tipis terdengar, KAHITNA sejatinya tak pernah meninggalkan akar musik mereka. Mereka seringkali memunculkan warna – warna itu ke dalam beberapa lagu barunya. Seperti halnya mereka sering mengulang nostalgia lama dengan memunculkan kembali suara bersahutan "hiye hiye hiye" atau "eya eyo" dalam lagu-lagu barunya saat ini.
Pada dasarnya harmoni – harmoni indah yang selalu menghiasi lagu-lagu mereka tak pernah ditinggalkan. Itulah yang membuat image KAHITNA yang sejak awal dikenal sebagai “band berwibawa” tetap terjaga hingga kini.
PERGANTIAN PERSONEL
Evolusi KAHITNA tak cuma sebatas pada musik yang mereka mainkan. KAHITNA juga mengalami perombakan personel. Meski hanya sebuah perombakan kecil, para penggemar setia KAHITNA yang mengawal band ini sejak dulu pasti mengenali kalau formasi KAHITNA saat ini tak sepenuhnya sama dengan formasi KAHITNA terdahulu. Memang semenjak album perdana KAHITNA hanya sekali berganti personel setelah hengkangnya Roni Waluya, namun selama era festival KAHITNA mengalami beberapa kali perombakan formasi.
Setelah tak memasang Trie Utami, Yovie Widianto mengajak Hedi Yunus bergabung pada Maret 1987. KAHITNA pun menjadi big band dengan 7 personel laki-laki. Selain Yovie dan Hedi, para personel waktu itu yang masih bertahan hingga kini antara lain Budiana Nugraha ,Bambang Purwono dan Carlo Saba. Formasi ini kembali mengalami modifikasi, beberapa kali KAHITNA tampil dengan mengajak serta beberapa personel Indonesia 6 sampai pada akhirnya KAHITNA menjadi big band "gemuk" ketika barisan vokalis mereka bertambah menjadi 4 yakni Hedi Yunus, Carlo Saba, Rita Effendi dan Netta Kusumah Dewi. Formasi ini dapat disimak dalam album 10 Bintang Nusantara II tahun 1989.
Menginjak tahun 1990-an awal formasi KAHITNA kembali berubah. Formasi dengan 4 vokalis tak lagi selalu ditampilkan. Begitupun vokalis wanitanya sering tak disertakan setelah KAHITNA hijrah ke Jakarta. Namun perubahan ini lebih terlihat sebagai penyesuaian untuk kepentingan festival. Pada grand final Yamaha Band Explosion di Tokyo tahun 1991, Rita Effendi kembali bersama KAHITNA menemani Hedi Yunus sebagai vokalis. Secara lengkap formasi KAHITNA pada saat itu adalah Yovie Widianto (piano, keyboard), Budiana Nugraha (drum), Bambang Purwono (keyboard), Doddy Is (bass), Hedi Yunus dan Rita Effendi (vokal), Bubi Iradiadi (keyboard) dan Margono (saxophone).
Memasuki tahun 1993 hingga menjelang tahun 1994, dalam usaha keras mereka merambah industri rekaman, formasi KAHITNA kembali berubah. Dapat dikatakan pada masa itu vokalis wanita tak lagi dijumpai di panggung KAHITNA. Margono dan Bubi pun tak lagi mengawal permainan musik KAHITNA. Di sisi lain sejumlah personel baru bergabung seperti Ronnie Waluya di vokal dan Andrie Bayuadjie di gitar. Inilah masa di mana KAHITNA untuk pertama kalinya memiliki pemain gitar tetap.
Format big band KAHITNA pun semakin mantap. Inilah 9 personel KAHITNA dalam "formasi matahari dengan sembilan berkas sinar yang berpendar" : Yovie Widianto (piano, keyboard), Bambang Purwono (keyboard), Budiana Nugraha (drum), Doddy Is (bass), Harry Suhardiman (perkusi), Andrie Bayuadjie (gitar), Hedi Yunus, Carlo Saba dan Ronnie Waluya (ketiganya vokal).
Bersama 9 personel tersebut KAHITNA menjalani debutnya di industri rekaman tanah air secara gemilang. Album Cerita Cinta tahun 1994 meledak dan sukses meraih penghargaan platinum. Nama mereka pun melambung dan perlahan KAHITNA menggenggam hati penikmat musik Indonesia. Di tengah kesuksesan Cerita Cinta yang serta merta menjadikan mereka idola baru pop Indonesia, formasi KAHITNA kembali berubah. Roni Waluya hengkang dan KAHITNA butuh waktu lama untuk menemukan penggantinya. Terhitung mulai album ke II yang berjudul Cantik (1996) hingga album ke IV Permaisuriku (2000), KAHITNA berjalan “hanya” dengan 8 personel tersisa.
Memasuki awal 2002 ada yang baru dalam penampilan KAHITNA. Panggung mereka beberapa kali diwarnai hadirnya seorang pemuda yang menemani Hedi dan Carlo bernyanyi. Dia adalah Mario Ginanjar, finalis Asia Bagus 1998, vokalis baru pengganti Roni Waluya. Semenjak itu KAHITNA pun kembali memanggungkan 9 personel.
SELAMANYA CINTA
CINTA, mungkin itulah nama lain KAHITNA. Sebagai ikon, KAHITNA selalu menjadi referensi wajib penggemar lagu-lagu cinta. KAHITNA juga tak bosan menuturkan cinta. Di tangan KAHITNA cinta menjadi sebuah cerita yang tak ada habisnya. Hebatnya sepanjang lebih dari 2 dekade mereka selalu dapat membaca setiap kisah cinta yang terjadi pada setiap generasi. Jika di awal tahun 90-an KAHITNA menghadirkan cinta dalam cerita yang sesuai dengan masa itu, maka memasuki tahun 2000-an mereka mengakrabi para penggemar lewat cerita cinta yang lebih kekinian. Dan saat ini mereka masih memenangkan hati penikmat musik Indonesia terutama kaum ABG dengan mengeksploitasi kisah-kisah cinta perih yang sering mengundang rasa "galau" dan "mellow". Ini juga yang membuat KAHITNA mempunyai rentang penggemar begitu lebar, mulai dari remaja tahun 90-an hingga ABG millenium ketiga.
Eksplorasi cinta KAHITNA memang mengagumkan seakan mereka adalah kumpulan manusia dengan cinta yang luar biasa. Semua tentang cinta ada di KAHITNA. Berbagai sudut dalam cinta mereka masuki dan dituturkan dengan apa adanya. Mulai dari cinta indah, cinta perih, kekecewaan, penantian, cinta yang tak berbalas, keikhlasan melepas seseorang, dijadikan pelarian hingga selingkuh dan pedihnya diselingkuhi, semua KAHITNA tuturkan dalam kadar yang berbeda-beda.
Satu pemikiran yang diusung KAHITNA adalah keindahan sebuah karya lahir dari ketulusan dan kejujuran. Dan satu yang menarik adalah bagaimana cara KAHITNA selama ini menampilkan karya-karyanya dengan memilih kata-kata yang sederhana namun tak pasaran. Mereka tak menuturkan cinta dengan bahasa yang "njlimet" dan "berat" namun bisa terdengar indah. Beberapa memang ditulis dengan puitis namun banyak hits cinta KAHITNA yang justru lahir dari spontanitas mereka. Kata – kata yang sederhana itupun menjelma menjadi syair yang begitu mengena karena dirangkai dengan begitu cantik oleh KAHITNA. Bahkan syair-syair yang sebelumnya dibayangkan sukar ditempatkan dalam sebuah lagu menjadi "kena banget".
Musik cinta KAHITNA memang lahir dari ketulusan hati yang didukung ketangguhan para personelnya dalam membawakannya. Lalu akan sampai kapan KAHITNA bercerita tentang cinta ?. Akankah setelah 25 tahun mereka lantas berhenti ?. Masih cukupkah energi mereka untuk terus menuturkan cinta ?.
25 Tahun memang sebuah perjalanan yang panjang dan tak mudah untuk dilalui. Namun bukan berarti kehebatan mereka tinggal kenangan. KAHITNA juga tak menggantung alat-alat musiknya. KAHITNA akan tetap menjadi grup terbaik yang membawakan lagu-lagu cinta terbaik. Mereka tetap menjadi matahari yang menyinari musik Indonesia. KAHITNA akan selalu membawakan kisah cintanya karena Indonesia masih butuh cinta. (kahitna)
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih telah memberi komentar.