Widjajono, yang lahir di Magelang, 16 September 1951, sebelumnya megajar di ITB dan dikenal sebagai ahli energi dan perminyakan. Saat ini dia juga menjabat anggota Dewan Energi Nasional.
Widjajono dikenal juga sebagai pejabat tinggi yang nyentrik. Di balik kesibukannya sebagai wakil menteri dan pengajar, dia punya hobi yang menantang, yaitu naik gunung. Hampir seluruh gunung tinggi di Indonesia sudah didakinya. Beberapa gunung di luar negeri pun sudah pernah disambangi Widjajono.
Gunung juga menjadi inspirasi nama anak Widjajono yang dinamai Kristal, yaitu singkatan dari Gunung Kerinci, Gunung Rinjani, Gunung Semeru, Gunung Tujuh, Gunung Agung, dan Gunung Latimojo. Ia bercerita pada saat istrinya hamil suka ditinggal naik gunung, termasuk mendekati kelahiran.
Gunung di luar negeri yang pernah ia rambah antara lain Gunung Fuji-Jepang, Kinabalu-Malaysia, Kilimanjaro-Tanzania, Aconcagua-Argentina hingga mencapai puncak tertinggi dunia, Himalaya. Bahkan, ia mengaku mendapatkan pengalaman spiritual pada saat naik ke Himalaya.
Di Kalapathar, sebuah gunung hitam di Himalaya, Nepal ia diberi nasihat oleh pendeta Tibet, "Kamu kalau naik Himalaya jangan cepat-cepat, harus pelan. Dengan pelan kamu menghormati gunung ini dan menyesuaikan diri. Kalau kamu penyesuaian diri dengan bagus, kamu diterima gunung ini dan kamu akan sampai. Tapi kalau buru-buru tidak akan sampai." ujar Widjajono menceritakan pengalamannya ketika datang ke redaksi VIVAnews beberapa waktu lalu.
Widjajono akhirnya menuturkan ia berjalan pelan-pelan ketika mendaki Gunung Himalaya. "Akhirnya saya pelan-pelan sambil berdoa, berjanji kalau sampai saya tidak akan berbuat jahat lagi ...hahaha," katanya.
Istri almarhum Widjadjono Partowidagdo, Nina Sapti Triaswati menyatakan sebelum suaminya meninggal dalam pendakian, tak ada tanda-tanda kesehatannya terganggu. Apalagi, tuturnya, Widjajono orang yang rutin berolahraga. Suaminya, bahkan tampak segar bugar saat berpamitan akan melakukan pendakian Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat.
"Kebetulan selesai rapat beliau langsung ke sana. Katanya aku mau melihat Tambora dan masyarakat sekitar," tutur Nina menirukan sang perkataan suaminya.
Nina menggelar jumpa pers di kediamannya Jalan Ciragil II Nomor 28 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (21/4/2012). Nina mengaku mengetahui kabar kematian sang suami dari sekretaris pribadi Widjadjono. Saat itu ia tiba di Bandara Soekarno Hatta, dan hendak menyusul menjemput jenazah. Tapi niat itu urung dilakukan, karena suaminya telah meninggal.
Nina kemudian memilih menunggu di kediamannya di Jakarta untuk mempersiapkan pemakaman. Nina juga mengetahui penjelasan kronologis kematian sang suami dari Kepala Pusat Vulkanologi Kementerian ESDM, Surono.
"Tadi saya pikir masih sempat ke Bali, tetapi Allah berkehendak lain," kata Nina.
Wajahnya tampak tetap tegar ketika menjawab pertanyaan wartawan. Dari berita ini diturunkan tampak kediaman Widjadjono mulai dipasangi tenda-tenda oleh warga sekitar. Tampak, keluarga dan warga sekitar berdatangan membantu persiapan disemayamkan jenazah nantinya. Sejumlah petugas kepolisian telah berjaga-jaga di beberapa titik jalan tak jauh dari rumah Widjadjono.
Pengamat energi, Kurtubi, menilai Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo adalah seorang ahli perminyakan yang murni berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara.
"Beliau ini adalah ahli perminyakan yang sangat berusaha keras membawa perminyakan dan energi nasional bermanfaat bagi bangsa dan negara," ucap Kurtubi ketika dihubungi Kompas.com, Sabtu (21/4/2012).
Menurut Kurtubi, lulusan Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini adalah salah satu konseptor kebijakan energi yang telah mengkomunikasikan kebijakan energinya kepada masyarakat. Idenya pun sepenuhnya untuk kepentingan bangsa dan negara. "Selama ini ide dan konsepnya 100 persen untuk kepentingan bangsa dan negara," tambahnya.
Sekalipun ada beberapa perbedaan pandangan, Kurtubi pada dasarnya satu ide dengan Widjajono. Perbedaan itu misalnya, Wamen ESDM seringkali melontarkan pendapatnya bahwa Indonesia bukanlah negara yang kaya akan minyak. Sementara Kurtubi berpandangan sebaliknya. "Betul cadangan dan produksi minyak sangat kecil. Tapi itu karena salah kelola sehingga menyebabkan cadangan dan produksi kecil," sebut dia.
Menurutnya, maksud dari pernyataan Widjajono adalah agar masyarakat Indonesia mengerti bahwa kekayaan minyak mentah nasional tidak sebanyak negara-negara di Timur Tengah. Dengan begitu, manajemen perminyakan nasional tidak bisa memberikan bahan bakar minyak (BBM) yang murah kepada rakyat. "Supaya masyarakat menerima kenaikan harga (BBM) yang wajar," ungkap Kurtubi.
Terlepas dari perbedaan pandangan itu, Kurtubi mengakui usaha Widjajono adalah murni untuk kepentingan negara. "Usaha beliau adalah untuk kepentingan bangsa dan negara murni. Harus kita akui itu," sebut dia.
"Saya sangat terkejut dengan meninggalnya Pak Widjajono. Saya ikut berduka cita semoga arwah beliau diterima di sisi Yang Maha Kuasa dan keluarga yang ditinggalkan tetap tabah," ungkap Kurtubi.
Sebelumnya diberitakan, Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo meninggal dunia saat melakukan pendakian Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat, Sabtu. Ia mendadak lemas saat pendakian.
Jenazah almarhum Widjadjono Partowidagdo menurut rencana akan dimakamkan di Pemakaman San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat Minggu (22/4/2012). Hal ini diungkapkan sang istri Nina Sapti Triaswati saat ditemui wartawan Sabtu (21/4/2012) sore.
Dengan berbalut pakaian hitam bermotif bunga merah dan pasmina berwarna cokelat motif batik, Nina tampak tetap tabah menghadapi kematian suaminya. "Insya Allah besok kita bawa ke sana. Itu masih dipastikan jamnya, tapi diperkirakan setelah shalat dzuhur langsung berangkat," kata Nina.
Nina mengaku belum tahu kapan jenazah Wakil Menteri ESDM itu akan tiba di Jakarta. Ia juga belum mendapat kepastian dari pihak pejabat setempat yang membantu memulangkan jenazah sang suami.
"Sudah dievakuasi, tetapi bagaimananya saya belum tahu. Pak Surono (Kepala Pusat Vulkanologi Kementerian ESDM, Surono) mengatakan beritanya sudah diterima beliau tetapi belum ada kepastian," jelas Nina.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdo meninggal dunia pada Sabtu (21/4/2012) di Nusa Tenggara Barat ketika mendaki Gunung Tambora. Saat ini, jenazah Widjajono tengah dibawa ke Denpasar untuk keperluan otopsi.
Rombongan Wakil Menteri ESDM itu berangkat dari Jakarta-Denpasar-Bima pada hari Jumat (20/4/2012). Rombongan langsung menuju Gunung Tambora. Rombongan Widjajono didampingi kru stasiun televisi nasional mendaki Gunung Tambora melalui jalur Doropeti. Rombongan sempat bermalam di Pos 3 Gunung Tambora.
Di tengah perjalanan, kondisi almarhum lemah sehingga pendakian dihentikan. Almarhum kemudian dibawa turun ke Pos 3 guna mendapat perawatan medis berupa bantuan pernafasan. Ketika perjalanan dari Pos 2 ke Pos 1, almarhum mengembuskan nafas terakhir.
Sumber: Kompas.com - Vivanews.com
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih telah memberi komentar.