Menjadi seorang lesbi adalah jalan hidup yang dipilih Nano (bukan nama sebenarnya) sejak beberapa tahun lalu. Entah dari mana bermula, wanita berumur 25 tahun ini memutuskan untuk menjadi lesbi.
Nano pun menceritakan kisahnya menjadi lesbi di tengah sulitnya untuk mmeminta kesetaraan dengan masyarakat lainnya kepada okezone. “Saya memutuskan menjadi lesbi sudah lama, kami juga meminta hak-hak kami diakui,” ujarnya di sela-sela aksi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Sabtu (21/5/2011).
Dikisahkan Nano, kedua orangtuanya sudah mengetahui perihal dia menjadi seorang lesbi. “Orangtua saya sudah mengetahui. Mereka tidak ada tanggapan dan tidak masalah,” tandasnya.
Wanita yang mewarnai rambutnya bewarna ungu ini juga menceritakan, bagaimana seorang lesbi melakukan akitivitas hubungan seksual dengan pasangannya. “Saya melakukan seks sama dengan yang lainnya. Saya juga tidak menggunakan alat bantu seks atau dildo,” ujarnya.
Menurut Nano, jika dia menggunakan alat bantu tersebut maka sama saja seperti pria. “Kalau make dildo sama saja main dengan laki-laki,” katanya.
Menurutnya, berciuman dengan pasangannya bisa diartikan dengan berhubungan seks. “Berciuman juga bisa seperti hubungan seks, saya juga tidak mau mengungkap bagaimana saya berhubungan seks lebih jauh lagi, sama seperti yang lain sajalah,” ujarnya.
Saat ini Nano berprofesi sebagai aktivis untuk berjuang membela kaumnya agar diakui di tengah masyarakat. Menurut wanita yang tinggal di bilangan Jakarta Pusat ini, menjadi lesbi bukanlah pelampiasan sakit hati lantaran dikecewakan oleh pria atau pacarnya. “Menjadi seorang lesbi atau homo tidak ada alasan. Alasannya hanyalah karena menyukai sesama jenis,” akunya.
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih telah memberi komentar.