Flash News
Mail Instagram Pinterest RSS
MENU UTAMA

Hapus Cap Pesantren Teroris, 1.000 Dai Diterjunkan

Ribuan massa yang tergabung dalam Masyarakat Indonesia Membangun (MIM) sholat bersama pada aksi unjuk rasa di lapangan Bhayangkara, Jakarta, Kamis (14/7). Dalam aksinya mereka menuntut untuk menghentikan penzaliman terhadap Pimpinan Pesantren Al-Zaytun Syaikh AS. Panji Gumilang. TEMPO/Aditia Noviansyah

Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, menerjunkan 1.000 dai ke seluruh masjid di Indonesia. Para dai itu, selain memberikan bimbingan ibadah puasa, juga bertugas menghapus stigma teroris yang melekat di pondok pesantren.

Pengurus Pondok Pesantren Lirboyo Agus Abdul Chodir Ridwan yang bertanggung jawab atas program ini mengatakan penerjunan dai ini dimulai Sabtu, 30 Juli 2011, hingga 25 Agustus mendatang. Para dai ini merupakan santri Lirboyo yang memiliki jenjang pendidikan kelas 2 aliyah.

Menurut Chodir, dai-dai muda itu memiliki tugas dan misi khusus dari pengurus Pondok Lirboyo. Tugas pokoknya antara lain memberikan dakwah di masjid tentang ibadah puasa dan persoalan agama pada umumnya serta mengenalkan sistem pendidikan pesantren kepada masyarakat pinggiran.

Sedangkan misi khususnya adalah menghapus stigma di masyarakat tentang pondok pesantren yang diidentikkan dengan aksi terorisme. Chodir menilai aksi terorisme yang terjadi di Tanah Air dalam beberapa waktu terakhir telah melekat pada institusi pondok pesantren. Bahkan tak sedikit masyarakat yang menaruh curiga pada aktivitas santri di pondok pesantren tsalafiyah. “Ini pemahaman yang salah dan harus diluruskan,” kata Chodir, yang juga keponakan Kyai Idris Marzuki, pemimpin Pondok Pesantren Lirboyo, Sabtu 30 Juli 2011.

Para dai itu rencananya disebar ke seluruh wilayah Tanah Air, khususnya daerah rawan konflik. Di antaranya Jawa Timur, Jawa Tengah, Palembang, Lampung, dan Jambi. Di daerah Kediri, disebar 100 santri dengan sasaran masjid-masjid di kawasan pinggiran. Daerah yang memiliki pluralisme tinggi juga menjadi prioritas bimbingan, seperti Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, yang memiliki banyak penganut agama Islam, Kejawen-Islam, Kristen, dan Hindu.

Selain mengajar mengaji, para dai juga diminta memimpin salat tarawih di masjid setempat, dengan komposisi 3 dai setiap masjid. Jumlah ini bisa diperbanyak jika warga menginginkan.

Khoirul Anam, salah seorang dai yang diberangkatkan ke kawasan Plosoklaten, mengaku siap mengemban misi itu. Bahkan beberapa hari sebelum penerjunan dia sudah menyurvei ke lokasi untuk mempelajari persoalan apa yang sedang terjadi. “Dengan begitu, saat berinteraksi dengan warga, kami bisa langsung ke pokok persoalan,” katanya. tempointeraktif.com

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah memberi komentar.