Puasa itu bukan sekadar perkara menahan lapar dan haus. Pada Kuliah Subuh di Masjid Agung Al-Jihad, Ciputat, Tangerang, Banten, Senin, 1 Agustus 2011, Haji Ahmad Fuadi mengatakan, terutama di bulan Ramadan, aktivitas menahan lapar dan haus itu harus dibarengi dengan kesadaran menjauhi segala perintah yang dilarang Allah.
"Sehingga, (kalau melakukan larangan-Nya) menyebabkan jatuh ke dalam perbuatan maksiat," ungkap dia.
Ketua Yayasan Masjid ini mengutip hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan perawi hadis paling mumpuni setelah Al-Bukhari, Muslim Al-Hajjaj atau Imam Muslim. "Berapa banyak orang berpuasa tak mendapat pahala, kecuali lapar dan haus," katanya.
Menurut Ahmad Fuadi, puasa hanya karena menahan lapar dan haus merupakan ibadah manusia awam. Inilah serendah-rendahnya tingkat penghambaan manusia terhadap Allah.
Kakek satu cucu ini mengatakan, ketika berpuasa, manusia dituntut untuk mempuasakan lima panca indra dari segala yang dilarang Allah, seperti adu-domba, rumpi, berbohong walaupun hanya main-main, dan lain-lain. Inilah ibadah bagi manusia khawwas (khusus). "Mulut, pendengaran kita juga puasa. Mata dijaga supaya ibadah di sisi Allah benar," tuturnya.
Menurut Ahmad Fuadi, orang yang bisa berada di tingkat ini sudah luar biasa bagus. Sebab, ada latihan intens dan terkadang harus dipaksakan. "Ramadan diisi dengan amalan-amalan yang afdal, seperti salat sunah, zikir, dan membaca Al-Quran," ungkap dia.
Sudah selesaikah tingkatan-tingkatan ibadah puasa? Ternyata masih ada satu lagi, yaitu puasanya para rasul dan wali-wali Allah. "Di samping menahan lapar, haus, dan menjaga ibadah, pikirannya itu khusus kepada Allah, tidak bergeser memikirkan dunia," kata Ahmad Fuadi. tempointeraktif.com
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih telah memberi komentar.