Flash News
Mail Instagram Pinterest RSS
MENU UTAMA

Inilah Tips dan Cara Mengukur Kualitas Ibadah Puasa

Ribuan umat muslim melaksanakan shalat Terawih pertama di masjid Istiqlal, Jakarta, (31/7). Pemerintah menetapkan hari pertama puasa Ramadhan 1432 H jatuh pada Senin (1/8). TEMPO/Tony Hartawan

Orang yang melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu puasa orang kebanyakan, puasa orang terpelajar, dan puasa orang yang dipilih Allah SWT.


Menurut K.H. Aziz Arbi M.A, kualitas puasa bisa diukur berdasarkan tiga penggolongan tersebut. Puasa orang kebanyakan, menurut K.H. Aziz, adalah puasa orang yang sekadar menahan lapar dan dahaga. Nilai puasa orang dalam golongan ini tidak beroleh pahala apapun.

"Semata-mata menahan lapar dan haus," kata K.H. Aziz di Masjid Yayasan Pendidikan Darul Hikmah (Yapidh), Jatiluhur, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, Ahad, 31 Juli 2011 malam.

Selain ibadah puasa, salat tarawih golongan tersebut tidak bernilai ibadah apabila tidak ditunaikan secara tuma'ninah atau sempurna.

Golongan kedua adalah puasa orang terpelajar. K.H. Aziz mencontohkan, apabila seseorang sedang berpuasa kemudian ada orang lain mengajaknya berkelahi, ia menolak dan menjawab kalau sedang puasa.

Contoh lain, kata K.H. Aziz, orang berpuasa tak kuasa menahan syahwatnya atau pandangannya terhadap lawan jenis. Orang tersebut kemudian memilih tidur, maka tidurnya itu bernilai ibadah.

"Biasanya matanya lirik kanan-kiri. Ketika tidur perbuatan tersebut tidak dia lakukan, maka tidurnya itu ibadah," katanya.

Golongan terakhir adalah puasa orang-orang pilihan Allah SWT. Orang yang masuk dalam golongan ini, baru gerakan prasangka hatinya saja buruk terhadap orang, ia langsung memohon ampun kepada Allah SWT. "Gelongan orang berpuasa inilah yang mendapat pahala besar," katanya.

Dengan memahami tiga golongan puasa itu, seseorang bisa menaksir apakah puasanya bernilai ibadah atau tidak. K.H. Aziz menyarankan, umat muslim terus memperbaiki kualitas puasanya dengan banyak memohon ampun kepada Allah seperti golongan orang berpuasa pilihan Allah.

Menurut K.H. Aziz, bulan puasa seperti masa penataran. Siapa saja pesertanya? Yaitu, orang-orang yang beriman kepada Allah SWT.

K.H. Aziz kemudian memetik ayat Al-Baqarah ayat (183). Bunyinya: Yaa ayyuhaladzina amanu kutiba 'alaikumusshiam. Kama kutiba alalladzina min kablikum la'allakum tattaqun.

Maknanya, wahai orang-orang yang beriman--baik yang kaya, miskin, pejabat, pemulung yang beriman boleh mengikuti penataran-- diwajibkan atas kamu berpuasa. Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.

K.H. Aziz memberikan terjemahan atas kalimat la'allakum tattaqun. Menurutnya, apabila kalimat itu diucapkan oleh manusia, maka maknanya: mudah-mudahan. Tetapi bila disampaikan sang Khalik--Allah SWT sebagai pencipta-- maka maknanya: pasti.

Artinya, kata K.H. Aziz, makna ayat tersebut bagi orang yang berpuasa dengan ikhlas dan mengharap ridha Allah adalah pasti menjadi orang bertakwa. "Attaqwa ha huna, takwa itu letaknya di dalam hati." tempointeraktif.com

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah memberi komentar.