
Belum lagi genap sepuluh hari Ramadan, sudah banyak orang yang terpaksa berhenti berpuasa karena mengalami masalah perut. Seperti diakui gastroenterologist Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, bahwa banyak pasiennya yang tak bisa beribadah puasa Ramadan. "Hampir 70 persen kasus yang batal puasa pada minggu pertama karena sakit perut, ada juga yang disertai diare," ujarnya saat ditemui apda acara kampanye kebersihan di Hotel Crown, Senin lalu. Menurut Ari, refluks isi lambung dan diare adalah masalah pencernaan yang lazim dialami orang saat berpuasa. Refluks ini, kata dia, terjadi saat isi lambung bergerak kembali ke mulut. Makanan yang masih dalam proses pencernaan itu berbalik karena posisi tenggorokan, usus, dan lambung yang sejajar. "Otomatis makanan akan kembali," ujarnya. Refluks isi lambung ini hampir mirip bayi yang muntah setelah minum susu (gumoh). Seseorang akan mengalami refluks dengan tanda-tanda dada panas seperti terbakar, mulut terasa pahit, dan tenggorokan serasa tercekik. Jika hal itu berlanjut, mulut akan terasa selalu pahit. Untuk mencegah terjadinya refluks ini, Ari menyarankan agar tidak tidur telentang setelah makan sahur. "Usahakan tetap tidur pada posisi setengah duduk atau dengan bantal lebih tinggi," ujarnya. Dia juga menganjurkan agar memberi jeda waktu antara makan sahur dan tidur. Setelah makan besar, dia menyarankan agar menunggu setidaknya satu jam agar makanan turun ke lambung dengan sempurna. Jika minum obat, dia memberi saran agar ada jeda 15 menit. Refluks juga berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi saat sahur. Karena itu, Ari menganjurkan agar menghindari makanan yang mengandung cokelat, keju, lemak, dan makanan yang berminyak. Makanan yang memiliki kandungan tersebut akan menyebabkan pengosongan lambung menjadi lambat serta katup antara lambung dan kerongkongan menjadi lemah. Karena itu, dokter yang baru saja meraih gelar doktoral ini juga menyarankan agar lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur saat sahur. Sayur, kata dia, merupakan sumber kalori, air, mineral, dan vitamin. Sayur dan buah akan memberi keuntungan yang besar bagi lambung. Penyerapan buah dan sayur yang kaya serat akan berjalan lambat dan membuat tahan lapar. Meskipun refluks tidak terlalu berbahaya, bisa mengganggu tubuh dan aktivitas ibadah Ramadan. Refluks tidak hanya terjadi pada mereka yang mengidap maag, tapi juga yang sehat dan tidak memiliki masalah pencernaan. Selain karena kondisi perut yang agak kaget ketika awal-awal berpuasa, masalah pencernaan, seperti diare, bisa muncul karena faktor makanan dan lingkungan. Faktor kebersihan tangan, baik yang mengkonsumsi maupun yang menyiapkan makanan, juga menjadi penting. Menurut Ari, perpindahan bakteri dari satu tempat ke tempat lain dipengaruhi oleh kebersihan tangan kita. Karena itu, penting untuk membiasakan diri mencuci tangan. "Mencuci tangan dengan sabun bisa memutus rantai penyebaran penyakit yang disebabkan oleh kuman," ujarnya.
Sumber: www.musikji.net Kompas.com temponteraktif.com pic antara
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih telah memberi komentar.