
Rontoknya harga saham di bursa regional serta terdepresiasinya mata uang Uni Eropa, euro, memicu pelemahan rupiah dan mata uang Asia lainnya. Masalah krisis utang Eropa yang kian dalam membuat para pelaku pasar kembali mencari safe haven (tempat yang aman untuk mengamankan dananya). Hal ini membuat dolar Amerika Serikat (AS) kembali diburu investor. Indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya di pasar Asia siang ini kembali menguat 0,284 poin (0,37 persen) ke level 77, 476.
Keperkasaan dolar AS terhadap mata uang utama dunia membuat rupiah melemah hingga menyentuh level 8.600 per dolar AS. Pada transaksi hari ini, Senin, 12 September 2011, nilai tukar rupiah kembali melemah 31 poin (0,36 persen) ke level 8.609 per dolar AS. Kepala Riset Treasury Bank BNI, Nurul Eti Nurbaeti, mengemukakan, hari ini rupiah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran antara 8.560 hingga 8.630 dengan kecenderungan melemah.
“Adanya ketidakpastian terhadap penyelesaian masalah utang kawasan Eropa dan pelemahan mata uang euro akan membuat dolar AS kian digdaya terhadap mata uang dunia,” paparnya. Supremasi dolar AS terhadap euro kembali akan menghambat penguatan rupiah. Surutnya aliran dana asing ke lantai bursa seiring jatuhnya harga saham juga memberi sentimen negatif bagi mata uang lokal. “Namun, Bank Indonesia akan tetap memonitor rupiah di pasar untuk menjaga pergerakan rupiah,” kata Nurul. Mata uang Korea Selatan siang ini melemah 1,63 persen, dolar Singapura turun 0,3 persen, dolar Taiwan juga melemah 0,62 persen. Mata uang peso Philipina terkoreksi 0,37 persen, ringgit Malaysia terdepresiasi 0,82 persen, bath Thailand turun 0,2 persen, serta rupee India juga tergerus 0,76 persen. Mata uang Uni Eropa, euro, siang ini kembali melanjutkan pelemahannya terhadap dolar AS.
Di pasar Asia euro ditransaksikan di level US$ 1,3585 atau melemah 0,0072 poin (0,52 persen) dari penutupan pasar AS akhir pekan lalu. Dalam waktu dekat lembaga pemeringkat internasional, Moody’s, akan segera meninjau kembali peringkat tiga bank besar di Prancis, seperti BNP Paribas, Societe Generale, serta Credit Agricole. Hal ini terkait kepemilikan mereka atas obligasi Yunani. Perbankan Prancis merupakan pemilik terbesar obligasi Yunani dibandingkan dengan negara kawasan Eropa lainnya. tempo
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih telah memberi komentar.